Apa itu Literasi Informasi?
Literasi informasi sering disebut
juga dengan keberaksaraan informasi atau kemelekan informasi. Dalam bidang ilmu
perpustakaan dan informasi, literasi infromasi sering dikaitkan dengan
kemampuan mengakses dan memanfaatkan secara benar informasi yang tersedia.
Pengertian literasi informasi yang
sering dikutip adalah pengertian literasi informasi dari American Library Association (ALA) : “information literacy is a
set of abilities requiring individuals to “recognize when information is needed
and have the ability to locate, evaluate, and use effective needed
information”.
Artinya, literasi informasi
diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi informasi yang
dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan
menggunakan informasi seara efektif dan etis. (dalam Naibaho, 2007: 7-8)
Informasi yang menjadi obyek disini
dapat bersumber dari mana saja, baik dari media cetak seperti buku, majalah,
jurnal, maupun sumber non cetak, seperti file dalam komputer, internet, film, hasil
percakapan dan sebagainya. Information literacy berperan
sebagai alat untuk memilah informasi-informasi tersebut, agar yang berguna
dapat tetap dimanfaatkan secara maksismal dan sebaliknya, informasi ang hanya
berpotensi menjadi sampah akan dapat difilter. Capaian yang diharapkan secara
langsung adalah efisiensi dalam hal waktu, biaya dan tenaga yang dikeluarkan
selama proses pencarian informasi.
Dalam perkembangannya, konsep information literacydiaplikasikan melalui saluran-saluran
(channel) berupa kegiatan praktis, misalnya dalam kegiatan pendidikan pemakai
perpustakaan, pembekalan bagi siswa maupun mahasiswa baru hingga kepentingan
dunia bisnis, Meluasnya area yang membutuhkan kemampuan melek informasi
mendorong banyak professional di bidang informasi dan perpustakaan untuk
memulai menyusun berbagai formula pendekatan yang dapat mempermudah masyarakat
menguasai kemampuan ini.
Kemampuan untuk menemukan informasi,
mengolah dan menyajikan informasi sebenarnya kemampuan umum yang dimiliki oleh
setiap orang. Tetapi tidak semua orang dapat dikatakan mempunyai kemampuan
literasi informasi. Seseorang dikatakan mempunyai keterampilan literasi
informasi mampu memahami kebutuhan informasi dan mendapatkan informasi yang
tepat dalam berbagai format lalu mampu menggunakan dan menyajikan informasi
tersebut dalam bentuk yang tepat dan benar. Dengan kemampuan ini seseorang
memiliki kerangka kerja intelektual untuk memahami, mencari dan mengevaluasi
dan menggunakan informasi.
Untuk mensikapinya ledekan informasi
yang saat ini terus berkembang kita memerlukan sebuah strategi literasi yaituinformation literacy skills, yang dimaknai sebagai
kemampuan untuk mengenali adanya kebutuhan informasi dan kemampuan untuk
menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan efektif. Ada
sejumlah elemen pendukunginformation literacy, yang juga
berperan sebagai prasyarat untuk menguasai information literacy skill secara
utuh. Elemen-elemen tersebut bersifat saling melengkapi dan tidak terpisahkan.
Satu hal yang penting untuk digaris bawahi adalah bahwa upaya
implementasi information literacy skill selalu
membutuhkan saluran (Channel), yang dapat berupa kegiatan
pembelajaran disekolah maupun di perguruan tinggi, kegiatan pendidikan pemakai
di perpustakaan dan lain sebagainya. Hasil yang hendak dicapai dari penguasaan
dan aplikasi information literacy skill ini
adalah efisiensi biaya, waktu, dan tenaga yang dikeluarkan selama proses
pencarian informasi.
Elemen-Elemen
Information Literacy
Menggunakan informasi dalam berbagai
bentuk menuntut sejumlah “kemampuan melek (literacies)”, diluar
kemampuan dasar seperti menulis dan membaca. Berikut ini beberapa jenis “melek”
yang berperan menjadi elemen dalam information literacy:
Visual Literacy
Visual Literacy
Visual Liteacy didefenisikan sebagai
kemampuan untuk memahami dan menggunakan gambar, termasuk pula kemampuan untuk
berpikir, belajar, serta mengekspresikan gambar tersebut. Visual
literacy terbagi menjadi 3 konstruksi, yaitu :
• Pembelajaran visual (visual
learning): kemampuan dalam mengakuisisi dan mengkonstruksi pengetahuan yang
merupakan hasil interaksi dengan fenomena visual.
• Pemikiran visual (visual thinking):
kemampuan untuk mengoraganisasikan citra mental pada hal-hal diseputar bentuk,
garis, warna, teksur, dan komposisi
• Komunikasi visual (visual
communication): kemampuan menggunakan symbol visual untuk mengekspresikan
gagasan dan menyampaikan makna.
Media Literacy
Menurut National Leardship
Conference on Media Literacy, Media Literacy adalah
kemampuan warga Negara untuk mengakses, menganalisa, dan memproduksi informasi
untuk hasil yang spesifik. Media mampu menyuntikkan nilai-nilai yang mampu
mengubah pandangan, dan bahkan sikap hidup secara missal. Untuk itu masyarakat
memerlukan keterampilan melek media agar mampu mensikapi keberadaan media
dengan lebih kritis dan bijaksana.
Computer
Literacy
Komputer merupakan alat yang dapat
memfasilitasi dan memperluas kemampuan manusia dalam mempelajari dan memproses
informasi. Contoh yang paling nyata adalah penggunaan komputer secara luas
dalam dunia pendidikan. Sekarang ini dapat dikatakan bahwa komputer telah
menjadi bagian integral dari pendidikan. Computer literacy sering
diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi dokumen dan data
menggunakan perangkat lunak pengolah kata, pangkalan data, dan sebagainya.
Namun, The Computer Science and Telecommunication Board of the National
Research Counsil mendefenisikan kembali computer literacy sebagai
kemampuan dalam menguasai teknologi informasi
Digital Literacy
Digital Literacy merupakan
keahlian yang berkaitan dengan penguasaan sumber dan perangkat digital.
Perkembangan pesat teknologi informasi dewasa ini telah menghasilkan banyak
temuan-temuan digital terbaru. Tidak jarang hal ini banyak memicu terjadinya
kesenjangan antar masyarakat dan bahkan antar bangsa. Mereka yang mampu
mengejar dan menguasai perangkat-perangkat digital muktahir dicitrakan sebagai
penggenggam masa depan, dan sebalikna yang tertinggal akan semakin sempit
kesempatannya untuk meraih kemajuan.
Network Literacy
Network literacy merupakan satu
istilah yang masih terus berkembang (envolving). Untuk dapat menempatkan,
mengakses dan menggunakan informasi dalam dunia berjejaring, misalnya internet,
pengguna harus menguasai keahlian ini. Menurut Eisenberg (2004) orang yang
melek jaringan memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut:
· Memiliki kesadaran akan luasnya penggunaan jasa dan sumber
informasi berjejaring
· Memiliki pemahaman bagaimana sistem informasi berjejaring
diciptakan dan dikelola
· Dapat melakukan temu balik informasi tertentu dari jaringan dengan
menggunakan serangkaian alat temu balik informasi
· Dapat memanipulasi informasi berjejaring dengan memadukan dengan
sumber lain dan meningkatkan nilai informasinya untuk kepentingan tertentu
· Dapat menggunakan informasi berjejaring unutk menganalisa dan
memecahkan masalah yang terkait dengan pengambilan keputusan, baik untuk
kepentingan tugas dan maupun pribadi, serta menghasilkan layanan yang mampu
meningkatkan kualitas hidup.
· Memiliki pemahaman akan peran dan penggunaan informasi berjejaring
untuk memecahkan masalah dan memperingan kegiatan dasar hidup.
Information literacy merupakan satu
term yang bersifat inklusif. Dengan menguasainya maka sejumlah keahlian diatas
dapat dicapai dengan lebih mudah. Hubungan antarainformation
literacy dengan elemen-elemen adalah saling melengkapi dan tidak
terpisahkan.
Selain elemen-elemen information
Literacy diatas, Ada beberapa teori yang popular dalam perilaku seseorang
dalam mencari informasi, Salah satu yang populer adalah Model pencarian yang
dirumuskan David Ellis (1987)
Ellis membedakan model pencarian informasi
untuk ilmuan bidang ilmu alam dan ilmu sosial. Model pencarian ilmuan bidang
sosial ada 6 tahapan, yaitu:
1) Starting (Mulai)
Pencari informasi mulai melakukan
pencarian atau pengenalan awal terhadap rujukan. Seringkali informasi yang
ditemukan pada tahap ini merupakan cikal bakal yang akan ditambahkan atau
dikembangkan pada tahap selanjutnya
2) Chaining (Menghubungkan)
Mengikuti mata rantai atau mengkaitkan
dengan daftar pustaka yang ada. Mencari rujukan berdasarkan subjek, nama
pengarang dan rujukan inti.
3) Browsing (Menjelajah)
Tahapan yang ditandai dengan kegiatan
pencarian informasi dengan cara penelusuran semi langsung atau terstruktur
4) Differentiating (Pembedaan)
Merupakan kegiatan membedakan sumber
informasi untuk menyaring informasi berdasarkan sifat dan kualitas rujukan
5) Monitoring (Memantau)
Mengembangkan lebih lanjut pencarian
informasi yang dibutuhkan dengan cara memberi perhatian yang lebih serius
terhadap sumber-sumber tertentu
6) Extracting (Mengambil
Sari)
Pencarian informasi lebih bersifat
sistematis, kegiatan ini diperlukan pada saat pencari informasi membuat suatu
tinjauan literatur atau laporan
Selain Ellis,
ada Perkembangan terkini, yaitu : Model Big6
Information literacy merupakan kunci
untuk dapat hidup dan bertahan dalam abad ini. Untuk itu, sejumlah pendekatan
telah dirumuskan oleh para pakar informasi, salah satu yang paling popular dan
telah dikenal secara luas diselruh dunia adalah pendekatan Big6 yang
dikembankan oleh dua pakar pendidikan Amerika, Michael Einsenberg dan Bob
Berkowitz. Big6 adalah kurikulum dan model literasi informasi dan teknologi
yang dapat digunakan banyak kalangan, terutama pendidikan dan bisnis. Ada
beberapa akademis yang menyebut Big6 sebagai solusi pintar untuk pemecahan masalah
informasi, karena dengan big6 siswa maupun mahasiswa dapat menyelesaikan semua
masalah, tugas, dan membuat keputusan yang terkait dengan studi mereka dengan
lebih baik.
Model Big6 mengintegrasikan keterampilan
pencarian dan penggunaan informasi dengan penggunaan perangkat teknologi dalam
proses menemukan, menggunakan, mengaplikasikan dan mengevaluasi informasi
secara sistematis, untuk memenuhi kebutuhan dan tugas tertentu. Studi pada
ribuan siswa yang diarahkan untuk menggunakan pendekatan Big6 dengan
dikombinasikan dengan kegiatan analitis, kreatif, dan praktis, menunjukkan
bahwa meraka mampu menampilkan performa belajar yang lebih baik dari pada
mereka yang sama sekali tidak dibekali dengan Big6 (Jarvin dalam Eisenberg,
2006)
Berikut ini tahapan dari Big6:
Berikut ini tahapan dari Big6:
ü Defenisi Tugas (Task
Defenition)
Tahap pertama dari proses pemecahan
masalah Big6 adalah proses untuk mengenali adanya kebutuhan
informasi(information need), mendefenisikan masalah, dan mengidentifikasi
masalah dan mengidentifikasi tipe dan jumlah informasi yang dibutuhkan
Strategi penemuan
informasi (information Seeking Strategis)
Ketika masalah informasi telah
diformulasikan, maka pengguna harus mulai mempertimbangkan sumber-sumber
informasi yang akan digunakan dan mengembangkan rencana perncarian informasi
berikut dengan metode dan saluran (channel) yang digunakan.
ü Lokasi dan
akses (location and access)
Setelah pengguna menentukan prioritas
penemuan informasi, mereka mulai memetakan informasi dari beragam sumber dan
mengakses informasi tertentu yang ditemukan dalam sumber-sumber yang berdiri
sendiri
ü Pengguna Informasi (use
of information)
Dalam taha ini pengguna harus bersentuhan
dengan informasi yang telah ditemukan dalam tahapan ketiga, baik melalu
aktivitas membaca, melihat maupun mendengar, untuk kemudian dinilai
relevansinya dengan tujuan pencarian. Pengguna disini juga harus mengekstrasi
informasi yang dianggapnya telah relevan
ü Sintesis
informasi (synthesis)
Dalam tahap sintesis informasi, pengguna
mulai mengorganisasikan dan mengkomunikasikan hasil yang telah diperolehnya
dengan orang lain disekitarnya. Rekan diskusi dapat saja teman sejawat,
pustakawan, dosen maupun siapa saja yang dipandang menguasai subyek informasi
yang dicari(knowledge person)
ü Evaluasi (Evaluation)
Proses evaluasi berfokus pada bagaimana
produk final dapat menjawab kebutuhan tugas pengguna (efektif) dan bagaimana
pengguna tersebut dapat mengimplementasikan upaya pemecahan masalah (efisien)
Terciptanya sebuah model pencarian
informasi biasanya dipengaruhi oleh faktor kognitif dan fisik seseorang ketika
seseorang menelusur informasi. Penerapan sebuah model dalam pencarian informasi
tidak menjamin seseorang untuk dapat menemukan informasi yang sesuai dengan
tepat. Keberhasilan seseorang dalam menemukan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan akan berbeda untuk masing-masing individu.
Oleh karena itu information literacy
skill adalah suatu hal yang sangat diperlu dimiliki oleh seseorang dalam
menelusur informasi. Keberhasilan dalam pencapaian information
literacy pada kalangan professional informasi dan masyarakat pengguna
membutuhkan usaha yang keras dengan konsistensi yang terus menerus, serta
dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan.